
Selasa pagi di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Tulungagung, suara derap langkah para calon pekerja migran rutin terdengar memenuhi Aula. Mereka datang dengan harapan, semangat, sekaligus segudang kekhawatiran. Hari itu, bukan hanya dokumen yang mereka urus, tetapi juga sesuatu yang jauh lebih penting, yakni bekal mental, pemahaman dan pengetahuan untuk menjaga diri dari ancaman global yang kian nyata yaitu NARKOBA. Sebuah perlindungan tak terlihat, namun mampu menyelamatkan masa depan mereka di tanah rantau.
Sejak Juni 2024 silam, BNNK Tulungagung berkolaborasi dengan Disnakertrans Tulungagung melalui Layanan Terpadu Satu Atap Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (LTSA PTKLN), menggagas sebuah program inovasi bertajuk HIDUP PMI (Himbauan dan Edukasi P4GN kepada Pekerja Migran Indonesia). LTSA PTKLN sendiri merupakan suatu inovasi yang bertujuan untuk mempermudah pelayanan dalam kepengurusan seluruh berkas yang diperlukan masyarakat Kabupaten Tulungagung, khususnya para Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) maupun PMI. Program HIDUP PMI diharapkan menjadi perisai preventif berbasis edukasi bagi PMI, yang akan diberangkatkan ke berbagai negara tujuan seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hongkong, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, bahkan Polandia. Program ini bukan sekadar kampanye sesaat, melainkan juga bagian dari strategi besar untuk membangun ketahanan diri PMI terhadap salah satu kejahatan transnasional paling kompleks saat ini yakni, perdagangan dan penyalahgunaan narkoba. Program ini hadir sebagai respons kolaboratif terhadap meningkatnya ancaman penyalahgunaan dan peredaran narkoba lintas negara.
Bagi para PMI, bekerja ke luar negeri adalah jalan menuju kehidupan yang lebih baik. Namun, tidak sedikit dari mereka yang justru berakhir menjadi sasaran sindikat narkoba internasional. Dalam sesi edukasi interaktif yang difasilitasi oleh narasumber BNNK Tulungagung, para peserta diberikan pemahaman bahwa sindikat narkoba tidak mengenal latar belakang atau niat seseorang, melainkan mengincar celah, baik dari sisi ekonomi, ketidaktahuan hukum, maupun kepercayaan yang mudah dimanipulasi. Salah satu topik penting yang acapkali dibahas dalam sesi ini adalah peran kawasan Golden Triangle (Segitiga Emas), yakni wilayah perbatasan antara Laos, Myanmar, dan Thailand yang dikenal sebagai salah satu pusat produksi dan distribusi narkoba terbesar di dunia. Letaknya yang strategis, topografi pegunungan, dan lemahnya pengawasan membuat kawasan ini menjadi pusat suplai narkotika jenis metamfetamin (sabu) dan heroin yang masuk ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Fakta ini menjadi penting, mengingat sebagian besar negara tujuan kerja PMI termasuk dalam jalur transit perdagangan gelap narkoba dari kawasan tersebut. Dalam situasi seperti itu, PMI yang minim literasi P4GN menjadi kelompok paling rentan untuk dimanfaatkan sebagai kurir narkoba (drug mule) oleh sindikat internasional.
Pada ranah ini, program HIDUP PMI hadir sebagai strategi edukasi yang terukur. Dalam setiap sesi, peserta terlebih dahulu mengisi pre-test untuk mengukur tingkat pemahaman awal. Setelah materi disampaikan melalui metode two-way communication, mereka mengikuti post-test untuk menilai peningkatan pengetahuan. Hasilnya, tak sedikit dari mereka yang merasa asing dengan istilah psikotropika atau modus operandi jaringan narkoba. HIDUP PMI juga bukan sekadar sosialisasi, tetapi juga upaya untuk menyentuh sisi paling personal dari tiap individu, yakni ketahanan diri. Selain itu, program ini dirancang bukan untuk menggurui, melainkan untuk membuka ruang dialog, mengedukasi dengan pendekatan interaktif, dimana setiap peserta dapat bertanya, berdiskusi, bahkan berbagi keresahan.
Sebagaimana yang acap terdengar di berbagai media massa, tidak semua kisah PMI berakhir manis. Dalam catatan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), ratusan kasus penyelundupan narkoba internasional melibatkan pekerja migran sebagai kurir, baik secara sadar maupun tidak. Di antaranya, ada yang berasal dari Indonesia, yang terjebak dalam jaringan karena koper titipan, tawaran kerja palsu, atau pekerjaan dengan iming – iming imbalan tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut, Kepala BNNK Tulungagung, Rose Iptriwulandhani, S.Psi., M.M. menekankan kepada peserta bahwa jangan pernah menganggap remeh, atau merasa terlalu pintar untuk bisa ditipu. “Karena sindikat narkoba tidak melihat seberapa pintar Anda, mereka hanya melihat seberapa lemah Anda dalam berkata TIDAK,“ tuturnya. Untuk mempertebal perisai diri, para peserta juga diajak mengenali wajah – wajah baru kejahatan narkoba, mulai dari metode klasik seperti penyelundupan melalui tubuh hingga modus digital terbaru seperti pengiriman paket daring lintas negara. “Mereka (para sindikat narkoba) bisa menjadikan siapa saja sebagai alat. Dan tanpa literasi yang cukup, Anda bisa menjadi target berikutnya,” tegas Rose. Ini semakin menegaskan bahwa di balik setiap cerita harapan, selalu ada bayang – bayang ancaman yang menyertai.
Program HIDUP PMI tumbuh dari kesadaran bersama bahwa pencegahan narkoba tidak bisa berjalan sendiri. Melalui kemitraan lintas sektor dengan Disnakertrans dan LTSA-PTKLN, program ini disisipkan dalam proses legalisasi dan pelatihan CPMI / PMI, sebuah strategi yang sejauh ini dianggap efektif menekan angka prevalensi penyalah guna maupun angka kasus peredaran gelap narkoba. Melalui program ini, BNNK Tulungagung mengubah cara pandang bahwa Pencegahan bukan sekadar kampanye sesaat, melainkan investasi jangka panjang dalam membangun manusia yang waspada dan memiliki ketahanan diri. Dalam skala makro, HIDUP PMI adalah wujud nyata kontribusi daerah dalam mendukung agenda Indonesia Bersinar (Bersih Narkoba) dan visi Indonesia Emas 2045. Dengan membekali PMI dengan pengetahuan dan ketahanan diri, maka Indonesia sedang melindungi aset Sumber Daya Manusia (SDM) dari ancaman narkoba yang merusak secara lintas generasi. Dari sebuah ruangan kecil di Kabupaten Tulungagung, gerakan besar itu dijalankan setiap pekan. Satu demi satu, PMI dibekali bukan hanya dengan tiket tetapi juga dengan wawasan dan kesadaran. Sebuah pemahaman bahwa di tanah rantau, mereka membawa nama baik negara dan bangsa Indonesia, serta melindungi diri dari narkoba merupakan bagian dari menjaga nama baik tersebut. Kini, setelah satu tahun berjalan, HIDUP PMI telah menyentuh ratusan para pahlawan devisa dari berbagai wilayah dengan keberangkatan Kabupaten Tulungagung. Dan di balik hal tersebut, tersimpan harapan besar yakni agar tak satu pun dari mereka menjadi bagian dari statistik kelam korban narkoba lintas negara. Pada akhirnya, program HIDUP PMI bukan sekadar tentang sosialisasi bahaya narkoba semata. Ini tentang bagaimana melindungi manusia, anak bangsa yang hendak mengadu nasib di negeri orang, dengan cara yang paling sederhana namun berdampak, yaitu PENGETAHUAN.
Call Center : 0821 5224 9911
Website : tulungagungkab.bnn.go.id
Instagram : @tulungagungstopnarkoba
Facebook : BNN Kabupaten Tulungagung
Youtube : tulungagungstopnarkoba
Tiktok : @tulungagungstopnarkoba
Twitter/ X : BnnkTulungagung
SP4N Lapor
BOSS BNN
Mall Pelayanan Publik Kabupaten Tulungagung
#zi
#zonaintegritas
#bnnri
#bnnpjatim
#tulungagungbersinar
#tulungagungstopnarkoba
#indonesiabersinar
#jatimsangar
Humas BNN Kabupaten Tulungagung